Selasa, 17 Juli 2012

IRONI SANG LEGENDA

Dengan ujung rambut depan berbentuk segitiga, jaket tempur yang ketat, baret hitam di kepala, wajah yang manly, gurat-gurat pengalaman tempur, membuncah pada kenangan banyak anak muda. Foto di atas tentulah banyak yang sudah kenal. Meski sang tokoh tidak pernah menjadi bagian dari materi pengajaran sejarah di sekolah2, lebih2  di Indonesia, akan tetapi fotonya telah sering terpasang di rumah-rumah kost mahasiswa, di kamar2 anak muda, menghiasi berjuta-juta kaos dan tersebar dimana-mana. Ia menjadi ikon dunia dan wajahnya muncul dalam bendera - bendera, plakat-plakat, spanduk-spanduk, bilboard-bilboard, mata uang, dan lain sebagainya.  


Bernama lengkap Ernesto Guevara de la Serna dan lebih populer dipanggil  ”Che” atau Che Guavara. Ia  lahir di Rosario, Argentina 14 Juni 1928, dari keluarga kelas menengah berdarah campuran Irlandia, Basque dan Spanyol.  Pendidikan dasarnya ia dapatkan sebagian dari ibunya, Celia de la Serna. Pada usianya yang masih belia, ia telah menjadi seorang pembaca yang lahap. Memasuki sekolah menengah tahun 1941 di Colegio Nacional Deán Funes ,Córdoba  ia   menjadi yang terbaik di bidang sastra dan olahraga. Pada waktu belajar ilmu kedokteran di Universitas Buenos Aires  tahun 1947-1953   ia hanya menunjukkan sedikit minat dalam bidang politik.  Pada tahun 1949 ia memulai perjalanan panjangnya dengan mengendarai sepeda motor Norton menjelajahi Argentina Utara, dilanjutkan ke Chili, Peru, Kolombia, Venezuela dan Miami.  Itulah untuk pertama kalinya ia bersentuhan langsung dengan orang miskin dan sisa2 suku Indian, serta kaum marginal lainnya. Ia kembali ke Rosario dengan sebuah keyakinan bulat  bahwa ia tidak mau menjadi profesional kelas menengah meskipun ia akan menjadi seorang dokter, ia lebih memilih memperjuangkan hak-hak kaum marginal meskipun untuk itu ia harus mengangkat senjata.

Didorong oleh keyakinnya yang kuat untuk berjuang di antara kaum marginal, setelah lulus kuliah dan menjadi seorang dokter, ia pergi ke Bolivia, kemudian ke Guatemala dan tinggal di lingkungan kaum miskin. Sambil mengobati orang-orang miskin, ia melibatkan diri dan  mendukung perjuangan petani bangsa Maya yang dipimpin Arbenz merebut ribuan hektar tanah mereka yang dikuasai oleh United Fruit Company (UFCo), yang berbasis di Boston, AS. Sayangnya, pasukan Arbenz yang didukungnya akhirnya  dikalahkan oleh Carlos Castillo Armas yang dibantu  militer Amerika Serikat, tetapi Che  berhasil  meloloskan diri dari kejaran pasukan Armas.  Ia kemudian pergi ke Mexico, dan di sinilah ia bertemu dengan emigran politik Fidel Castro.  Ia bergabung dengan  Castro dan pengikutnya dan tinggal di rumah-rumah petani di pegunungan tempat para pejuang revolusi Kuba dilatih perang gerilya oleh kapten tentara Republik Spanyol Alberto Bayo.

Pada bulan Juni 1956 ketika mereka menyerbu Kuba, Che pergi bersama mereka, ia diangkat  sebagai komandan tentara revolusioner Barbutos. Ia agresif dan pandai dan paling berhasil dari semua pemimpin gerilya dan yang paling bersungguh-sungguh memimpin  anak buahnya. Ia juga seorang yang berdisiplin tinggi yang tidak sungkan-sungkan menembak orang yang ceroboh dan di arena inilah ia mendapatkan reputasi atas kekejamannya yang berdarah dingin dalam eksekusi massa pendukung fanatik presiden terguling, Batista. Pada saat revolusi dimenangkan, Guevara merupakan orang kedua setelah Fidel Castro dalam pemerintahan baru Kuba.  Che mengorganisasi dan memimpin Instituto Nacional de la forma Agraria, yang menyusun hukum agraria yang isinya menyita tanah-tanah milik kaum feodal (tuan tanah), mendirikan Departemen Industri dan menjabat  Presiden Bank Nasional Kuba. Ia  menggusur orang orang komunis kanan dari pemerintahan serta pos-pos strategis. Ia bertindak keras terhadap dua ekonom Perancis  beraliran Marxis penasehat ekonomi Fidel Castro. Ia juga  melawan para penasihat Uni Soviet. Dia mengantarkan perekonomian Kuba begitu cepat, menggandakan panen dan mendiversifikasikan produksi pangan.

Setelah enam tahun bekerjasama dengan Castro, perbedaan garis politik ekonomi kedua mantan gerilyawan itu semakin melebar. Castro terlalu tunduk pada para penasehat ekonomi Soviet, yang mendorong Kuba melakukan industrialisasi besar-besaran, khususnya produksi gula untuk dibarter dengan minyak bumi Uni Soviet. Che, sebaliknya, Che ingin membalik kan kiblat industrialisasi Kuba ke industri kecil dan menengah, untuk meningkatkan jumlah barang konsumen bagi rakyat dan meningkatkan nilai mata uang sehingga mencegah inflasi.
 
Perbedaan pendapat soal model pembangunan Kuba itu mengerucut dalam perdebatan terbuka antara ”sayap kiri” yang mendukung model RRT, dipelopori oleh Che, dan ”sayap kanan” yang mendukung model Soviet. Castro sendiri tidak mengambil sikap tegas dalam debat ini, yang akhirnya di tahun 1966 dimenangkan oleh tesis Guevarista, setelah Che sendiri meninggalkan Kuba.

Ya ketika konflik dengan Castro memuncak tahun 1965, dia menghilang secara misterius. Ternyata ia
memulai petualangan heroiknya lagi, ia berkeliling dunia, menjelajahi Afrika. Ia berhenti di Kongo membantu pemberontakan Kinshasa  melawan pemerintahan kolonial Belgia. Ia mendatangkan sukarelawan dari Kuba untuk membantu pemberontak Kinshasa melakukan perang  dengan taktik gerilya. Tetapi usahanya ini sia-sia. Ia  lalu  kembali ke Amerika Selatan, ia ke Bolivia. Ia melakukan aksi revolusioner untuk menggulingkan pemerintahan militer Presiden Barrientos yang dianggapnya sebagai kaki tangan kaum kapitalis. Che ingin mendirikan  pemerintahan revolusioner di sana. Ia mendapat tempat di hati kaum marginal, bahkan  para petani Bolivia menganggapnya sebagai orang kudus. Ia dijuluki sebagai “Saint Ernesto”, dimana para petani berdoa kepadanya untuk meminta berkah. Tetapi di negeri inilah  petualangan revolusionernya berakhir.  Pada tanggal 8 Oktober 1967 di dekat Vallegrande, ia tertangkap oleh agen CIA yang kemudian diserahkan kepada militer Bolivia. Atas perintah Presiden  Barrientos, pada tanggal 9 Oktober 1967 ia  dieksekusi mati ditembus peluru eksekutor, Sersan Mario Teran. Kematiannya ternyata hanya membunuh jasadnya, namanya justru semakin tumbuh dan berkembang menggema di se antero dunia.

Ia menjadi legenda. Ia dikenang karena keganasannya, penampilannya yang romantis, gayanya yang menarik, sikapnya yang tak kenal kompromi dan penolakan atas penghormatan berlebihan atas semua reformasi murni dan pengabdiannya untuk kekejaman dan sikapnya yang flamboyan. Ia juga idola para pejuang revolusi dan bahkan kaum muda generasi tahun 1960-1970 atas tindakan revolusi yang berani yang tampak oleh jutaan orang muda sebagai satu-satunya harapan dalam perombakan lingkup borjuis kapitalisme, industri dan komunisme. Wajar jika banyak kaum muda mengidolakannya sebab ia pun sangat berpengharapan terhadap kaum muda. Simak sekuel pesan suratnya kepada kaum muda. “Kalau aku boleh memilih untuk melawan, mungkin sekarang ini aku akan duduk bersama kalian. Aku akan bilang kalau perjuangan bukan saja melalui tulisan, puisi, buku, apalagi setajuk proposal! Perjuangan butuh keringat, pekikan suara, dan dentuman kata-kata. Kita bukan melawan seekor siput tapi buaya yang akan menerkam jika kita lengah. Hutan rimba mengajariku untuk tidak mudah percaya pada mulut-mulut manis. Hutan rimba mendidikku untuk tidak terlalu yakin dengan janji. Aku sudah hafal mana tabiat srigala dan mana watak kelinci. Kalau kau baca tulisanku, mustinya kau bisa meyakini, kalau kekuasaan hanya bisa bertahan selama kita mematuhinnya. Kekuasaan bisa bertahan selama mereka mampu menebar ketakutan. Ngeri aku menyaksikan orang-orang pandai yang berbohong dengan ilmunya. Mereka sangat pandai berdebat di muka televisi, sejatinya mereka  melacurkan keyakinannya.. Sederet angka dibuat untuk membuat orang percaya bahwa si miskin makin hari makin berkurang. Padahal kenyataannya semakin banyak orang yang hidup susah. Anak muda, aku telah tuliskan puluhan karya untukmu. Dibungkus dengan sampul wajahku, yang mungkin tampan, aku tuangkan pesan kepada kalian. Keberanian yang membuat kalian akan tahan dalam situasi apapun! Aku  percaya bahwa kemapanan, kenikmatan badaniah, apalagi kekayaan hanya menjadi racun bagi tubuh kita. Kemapanan membuat otakmu makin lama makin bebal. Kau hanya mampu mengunyah teori untuk disemburkan lagi. Kemapanan membuat hidupmu seperti seekor ular yang hanya mampu berjalan merayap. Kekayaan akan membuat tubuhmu seperti sebatang bangkai. Hutan melatihku untuk menggunakan badanku secara penuh. Kakiku untuk lari kencang bila musuh datang dan tanganku untuk mengayun pukulan jika aku diserang. Anak muda, nyali sama harganya dengan nyawa. Jika itu hilang, niscaya tak ada gunanya kau hidup!”.

Nasib Che memang sungguh ironis. Ketenarannya justru dibajak oleh kapitalis, kaum yang diperanginya. Pembajakan Che ini dilakukan dengan mencetak gambar-gambar Che dalam berbagai bentuk. Ada poster, kaos, korek api, hingga lencana/emblem. Bahkan boleh disebut Che adalah emblem abad 20. Che telah menjadi mesin uang. Brand Che menjadi fenomena marketing di seluruh penjuru dunia. Che menjadi produk komersial yang tak pernah lapuk dimakan zaman, termasuk di Indonesia. Melihat hal ini, Aleida Guevara, putri Che  mengecam komersialisasi gambar ayahnya tersebut.  Menurutnya, pria yang berjuang dan tewas untuk menentang kapitalisme tidak sewajarnya digunakan sebagai alat untuk menjual vodka Inggris, minuman Prancis dan ponsel Swiss. "Kami tidak ingin uang, kami menuntut penghormatan," tegas Aleida. Keluhannya ini juga bertepatan dengan mencuatnya kembali nama Che pasca kemenangan Benicio del Toro sebagai aktor terbaik Festival Film Cannes bulan Mei 2008 dalam film epik  Che sepanjang 4,5 jam. Akan tetapi komersialisasi Che terus berlangsung.


Adalah Guerrillero Heroico, sebuah foto Che hasil jepretan Alberto Korda, fotografer Presiden Fidel Castro tanggal 4 Maret 1960  saat Che menghadiri upacara pemakaman 100 korban pemboman La Coubre , yang membuatnya melegenda dan bernilai komersial. Publikasi pertama foto Guerrillero Heroico dilakukan oleh koran Revolución edisi 16 April 1961, setahun setelah foto itu diambil, untuk mengiklankan konferensi yang menampilkan pembicara utama Che Guevara.  Namun masyarakat Kuba baru benar-benar familiar dengan foto tersebut pasca eksekusi mati Che Guevara oleh pemerintah Bolivia, yakni pada acara penghormatan terakhir rakyat Kuba atas kematian Che  di Plaza de la Revolución, Havana, pada 18 Oktober 1967, dimana pada acara itu foto Che tersebut direproduksi dan ditampilkan dalam ukuran besar. Sejak saat itulah Guerrillero Heroico menemukan tempatnya sebagai simbol revolusi dan perlawanan.


Maryland Institute College of Art menobatkan Guerrillero Heroico sebagai simbol abad 20 dan foto paling terkenal di dunia. Di Amerika Serikat sendiri foto ini terlihat pertama kali pada tahun 1968 dalam versi lukisan karya Paul Davis pada billboard iklan Majalah Evergreen Review di stasiun kereta bawah tanah New York. Sebelumnya, pada 1967 seniman Irlandia Jim Fitzpatrick membuat poster seni Che berdasarkan kopi foto yang diklaimnya diperoleh dari kelompok anarki Belanda, the Provos. Berbagai reproduksi lain merebak dalam bentuk lukisan, cetakan, karya digital, tatto, ukiran, sketsa, dan semua jenis media  lainnya. Kalangan seniman pop dan industri mulai menggeser pemaknaan atas foto Che ketika mereka ikut-ikutan mereproduksi foto tersebut dalam berbagai format dan teknik, namun merendahkan artinya menjadi sekadar obyek komersialisasi dan seni populer yang jauh meninggalkan pesan revolusi  keras yang diusung Che selama hidupnya. Wajah Che disalin besar-besaran sebagai gambar penghias kaus oblong, stiker, minuman keras Vodka Smirnoff, minuman soda, rokok, film, bahkan es krim, wisata internasional, cover jejaring sosial, dan sebagainya. Dia bisa ditemukan sebagai lukisan murah di tembok2 pemukiman kumuh di Afrika, hingga ke butik-butik yang menjual pakaian untuk kalangan atas di Paris. Menurut Trisha Ziff, seorang kurator, Che Guevara telah menjadi sebuah merek dagang. Ironis memang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar