Selasa, 11 September 2012

LEBARAN KETUPAT

Pada waktu saya kecil tahun 1970an di daerah saya, Kabupaten Kudus bagian timur anak-anak merayakan dua kali lebaran dalam bulan Syawal, yaitu Idul Fitri dan Lebaran Ketupat. Idul Fitri anak-anak kenal dengan istilah “badasyawal atau bada saja”, sedangkan Lebaran Ketupat disebut “bada kupat”. Dua-duanya dirayakan secara meriah, hanya saja lebaran yang pertama terasa ada sedikit beban, yakni mesti mengunjungi sanak saudara baik yang rumahnya dekat dekat maupun jauh pada siang hari, dan mengujungi semua tetangga pada malam harinya, sedangkan pada Lebaran Ketupat rasanya senang-senang saja karena makan ketupat dan lepet sepanjang hari dan “berwisata” ke Bulusan atau tempat lain yang ada perayaan Kupatan. Sejauh yang saya ingat pada Lebaran Ketupat waktu itu, pergi ke Bulusan rasanya hampir-hampir seperti suatu “keharusan”. Dari rumah membawa bekal ketupat dan lepet secukupnya, sesampainya di lokasi kunjungan diberikan kepada bulus-bulus yang ada di situ yang pada waktu itu memang masih ada dan cukup banyak jumlahnya. Konon bulus-bulus itu adalah keturunan dari Umara dan Umari, dua orang santri Kyai Dado yang disabda Sunan Muria menjadi bulus. Pada bulan Ramadhan, tepatnya pada waktu malam Nuzulul Qur'an datang Sunan Muria untuk bersilaturrahmi dan membaca Al Qur'an bersama Kyai Dado, sahabatnya. Dalam perjalanan menuju tempat kediaman Kyai Dado di malam hari itu, Sunan Muria mendengar orang bekerja di sawah sedang ndaut (mangambil bibit padi). Sunan Muria berhenti sejenak dan berkata, "Lho, malam Nuzulul Qur'an kok tidak baca Al Qur'an, malah di sawah berendam air seperti bulus?" Akibat perkataan Sunan Muria itu Umara dan Umari seketika itu juga berubah wujud menjadi bulus (kura-kura air tawar). Atas kejadian itu Kyai Dado memintakan maaf atas kekhilafan dua orang santrinya kepada Suna Muria, akan tetapi semuanya sudah terlanjur terjadi, tidak bisa dikembalikan seperti sedia kala. Akhirnya, Sunan Muria berkata kepada Kyai Dado, "Besok anak cucu kita akan menghormati mereka berdua dan keturunannya, pada setiap sepekan setelah Idul Fitri akan datang berbondong-bondong anak cucu kita dengan membawa oleh-oleh untuk diberikan kepada Umara dan Umari yang sudah menjadi bulus itu dan keturunannya”. Tentu cerita di atas hanyalah sebuah legenda, sebuah pesan untuk tetap menjaga keberlanjutan harmonisasi masyarakat Jawa meskipun ada perubahan-perubahan keyakinan dari Hindu/Budha dan kepercayaan lokal ke Islam. Berpijak pada legenda Umara dan Umari ini pulalah, dimana di daerah-daerah lain tidak ditemukan legenda sekuat legenda Umara dan Umari, maka bisa jadi Sunan Murialah kiranya yang merintis dan menggalakkan tradisi Lebaran Ketupat, sudah tentu dengan dukungan wali-wali yang lain , terutama Sunan Kalijaga. 

Lebaran Ketupat bukanlah ajaran Islam yang berasal dari Rasulullah. Di dalam ajaran Islam hanya ada satu lebaran syawal, yaitu Idul Fitri 1 Syawal yang merupakan hari kemenangan umat Islam setelah satu bulan menunaikan ibadah puasa. Lebaran Ketupat adalah salah satu hasil akulturasi kebudayaan Indonesia pra Islam dengan Islam. Lebaran Ketupat di semua daerah yang melaksanakannya, waktu pelaksanaannya sama yaitu pada hari ketujuh setelah Hari Raya Idul Fitri. Tradisi ini sangat terasa di daerah Kudus, dan daerah-daerah sekitarnya, seperti Jepara, Pati, Demak, dan Rembang, dan beberapa daerah pantura lainnya. Ya, Lebaran Ketupat memang berasal dari wilayah pesisir utara Jawa, tempat awal penyebaran Islam di pulau Jawa. Tradisi ini kemudian menyebar ke daerah-daerah pedalaman hingga akhirnya tersebar ke hampir seluruh pulau Jawa. Kemudian dari pulau Jawa tradisi Bada Kupat ini menyebar ke seluruh pelosok nusantara yang dibawa oleh orang Jawa yang merantau ke luar pulau. sehingga menjadi tradisi yang menasional. Lebaran Ketupat atau dikenal juga dengan istilah syawalan kemudian menjadi tradisi masyarakat Indonesia di berbagai daerah, dari mulai Jawa, Madura, Sumatera, Kalimantan dan lainnya. Bahkan orang Jawa pun yang merantau ke luar negeri membawa juga tradisi Bada Kupat ini, sehingga di Malaysia, Singapura, Brunai, Philipina, dan Kepulauan Cocos dimana orang Jawa ada terdapat pula tradisi Lebaran Ketupat.

Meski media dan waktu pelaksanaannya sama, yaitu ketupat dan sepekan setelah 1 Syawal, akan tetapi ekspresi perayaan Lebaran Ketupat di masing-masing daerah berbeda-beda. Di Lamongan, lebaran ketupat dilakukan dengan selamatan dan makan bersama di Gunung Menjuluk di Desa Sedayulawas, utara Lamongan. Masyarakat berbondong-bondong naik ke Gunung Menjuluk dengan membawa kupat, kepet, lauk, dan jajan lainnya. Sesampainya di puncak gunung mereka berdoa bersama, kemudian dengan makan kupat, lepet dan makanan lainnya secara ramai-ramai, sambul beramah-tamah. Di Bangka Belitung, tradisi lebaran ketupat diwujudkan dalam perang ketupat yang dilaksanakan pada hari ke delapan bulan Syawal. Dengan aba-aba peluit dari seorang pemimpin, perang ketupat dimulai, 40 pemuda yang terbagi menjadi dua kelompok saling berhadap-hadapan untuk lempar melempar ketupat. Di Lombok, Lebaran Ketupat juga disebut lebaran “adat” atau lebaran “kodeq” atau lebaran “nine”. Ciri khasnya berlibur ke tempat wisata dengan berbekal makanan ketupat. Salah satunya di Pantai Mendudu, Kecamatan Batu Layar, Lombok Barat. Sejak pagi hingga sore warga memenuhi kawasan pantai tersebut. Acara intinya memukul beduk, kreasi kulit ketupat. Sebagai hiburan kadang ditampilkan grup kasidahdan biasanya dihadiri oleh bupati dan wakil bupati Lombok Barat bersama para pejabat daerah lainnya. Di Trenggalek, lebaran ketupat dilaksanakan di Kecamatan Durenan Trenggalek. Pada Lebaran Ketupat ini warga Kecamatan Durenan menyediakan ketupat lepet dan lauk kelengkapannya dalam jumlah sangat banyak untuk disajikan dan disantap siapapun orang yang bertamu ke rumahnya secara gratis. Oleh karenanya pada setiap Lebaran Ketupat Kecamatan Durenan ramai sekali karena banyak orang-orang dari luar Kecamatan Durenan, bahkan luar Kabupaten Trenggalek yang datang ke kecamatan tersebut untuk bersantap ketupat sepuas-puasnya. Di Madura, Lebaran Ketupat disebut dengan “Telasan Topak”. Pada Lebaran Ketupat ini, cerminan kejayaan di tanah rantau mereka perlambangkan dalam banyak sedikitnya perhiasan emas yang dikenakan kaum perempuan mereka. Perhiasan emas bagi kaum perempuan Madura telah menjadi pelengkap utama busana. Hiasan di rambut berupa cucuk sisir dan cucuk dinar, misalnya, terbuat dari emas. Suasana hari raya krtupat di Madura juga tak kalah meriah dibanding daerah lain. Mereka bahkan konsisten hanya akan memasak dan mengkonsumsi ketupat ketika sudah memasuki hari kedelapan bulan syawal. Di Ketapang, Kalimantan Barat, para ibu rumah tangga menyiapkan makanan istimewa berupa ketupat colet yang terbuat dari beras ketan atau beras biasa. Setiap rumah dipastikan akan menyajikan ketupat colet yaitu ketupat yang dibuat dari beras dengan lauk pauk biasanya daging sapi atau ayam bahkan kadang pula dengan menggunakan itik. Penyediaan ketupat colet sudah ada sejak hari pertama bulan Syawal. Setelah bersantap ketupat colet, agenda rutin berikutnya adalah silaturrahmi ke keluarga atau ke tetangga-tetangga dekat. Kemudian dilakukan kenduri dengan pembacaan doa dari rumah ke rumah secara bergiliran yang berlangsung sekitar 15 sampai 20 menit setiap rumah. Di Gorontalo, tradisi lebaran ketupat semula hanya dilakukan di wilayah pemukiman warga yang berasal dari Jawa, tetapi kemudian berkembang ke wilayah-wilayah lainnya di Gorontalo. Pada lebaran ketupat di Gorontalo ini, masyarakat berbondong-bondong memadati ruas-ruas jalan di Gorontalo menuju ke pusat perayaan, sementara itu, sejumlah warga yang berada di pusat perayaan Lebaran Ketupat telah siap menyambut kedatangan para tamu dengan berbagai menu makanan, terutama ketupat, dodol dan nasi bulu atau nasi bambu. Di Ngawi, lebaran ketupat dilaksanakan dengan berdoa dan makan ketupat bersama di masjid-masjid. Sajian ketupat dan lepet ditambah lauk pelengkap, dihidangkan di masjid-masjid. Warga kembali saling bertemu meskipun sebagian sudah bersilaturahmi pada hari pertama bulan syawal. Di Yogyakarta, tradisi lebaran ketupat juga digelar oleh Ngayogyakarta Hadiningrat yang biasa disebut Grebeg Syawal, dilaksanakan 1 Syawal. Tradisi ini sebagai perwujudan sedekah dari Sultan kepada rakyatnya yang disimbolisasikan dengan Gunungan yang berisi ketupat dan sayuran di antara kacang panjang, cabe dan sebagainya. Di Jember, warga menggelar tradisi lebaran ketupat dengan kegiatan pegon keliling desa dengan start di Desa Sumber Rejo, Kecamatan Ambulu dan berakhir di kawasan pantai selatan Watu Ulo. Ratusan pemilik pegon yang merupakan kendaraan tradisional bertenaga sapi mengikuti tradisi tahunan ini. Sambil membawa serta sanak familinya, mereka menikmati perjalanan berkeliling desa dan melintasi kawasan persawahan sepanjang kurang lebih 10 km. Suasananya sangat semarak lantaran pegon-pefon tersebut diberi aneka macam hiasan dengan dominasi janur kuning khas ornamen lebaran ketupat. Di Jepara Lebaran Ketupat dirayakan dengan pesta lomban, karena itu Lebaran Ketupat di Jepara juga disebut Bada Lomban.. anak-anak Jepara merayakan hari raya ini dengan memakai baju warna-warni dan siap untuk “berlomban-ria” di Pantai Kartini Jepara sebagai pusat keramaian pesta lomban.



Menurut H.J. de Graaf dalam Malay Annal, ketupat merupakan simbol perayaan hari raya Islam pada masa pemerintahan Kesultanan Demak pada awal abad ke-15. De Graaf menduga kulit ketupat yang terbuat dari janur berfungsi untuk menunjukkan identitas budaya pesisiran yang ditumbuhi banyak pohon kelapa. Warna kuning pada janur dimaknai oleh de Graff sebagai upaya masyarakat pesisir Jawa untuk membedakan warna hijau dari Timur Tengah dan merah dari Asia Timur. Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa, yang membangun kekuatan politik dan penyiaran agama Islam dengan dukungan Walisongo. Ketika menyebarkan Islam ke pedalaman, Walisongo melakukan pendekatan budaya agraris, tempat unsur keramat dan berkah sangatlah penting untuk melanggengkan kontinyuitas agar tidak terjadi cultural lag. Di sinilah kemudian terjadi akulturasi. Dalam hubungan inilah Walisongo lalu memperkenalkan dan memasukkan ketupat, simbol yang sebelumnya sudah dikenal masyarakat, dalam perayaan lebaran, dan perayaan ini dijatuhkan pada tanggal 8 Syawal atau sepekan setelah hari raya Idul Fitri dan enam hari setelah puasa sunah Syawal. de Graaf berpendapat bahwa Lebaran ketupat diangkat dari tradisi pemujaan Dewi Sri, dewi pertanian dan kesuburan, pelindung kelahiran dan kehidupan, kekayaan dan kemakmuran. Dewi Sri adalah dewi tertinggi dan terpenting bagi masyarakat agraris. Ia dimuliakan sejak masa kerajaan kuno seperti Mataram Kuno, Kediri, Pajajaran dan Majapahit. Dalam pengubahsuaian itu terjadi desakralisasi dan demitologisasi. Dewi Sri tak lagi dipuja sebagai dewa padi atau kesuburan tapi hanya dijadikan lambang yang direpresentasikan dalam bentuk ketupat yang bermakna ucapan syukur kepada Tuhan. Dewi Sri tetap dihormati dan dimuliakan oleh masyarakat Jawa, akan tetapi dalam bentuk yang lain sama sekali dari sebelumnya. Para wali tetap melestarikan tradisi ini. Upacara slametan atau syukuran panen yang disebut Sekaten atau Grebeg Mulud yang juga berbarengan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad adalah salah satu bentuk pelestarian pemujaan Dewi Sri. Dalam upacara ritual semacam itu, ketupat menjadi bagian dari sesaji – hal sama juga terjadi dalam upacara adat di Bali.

Menurut Slamet Mulyono dalam Kamus Pepak Basa Jawa, kata ketupat berasal dari kupat. Parafrase kupat adalah ngaku lepat: mengaku bersalah. Janur atau daun kelapa yang membungkus ketupat merupakan kependekan dari kata “jatining nur” yang bisa diartikan hati nurani. Secara filosofis beras yang dimasukan dalam anyaman ketupat menggambarkan nafsu duniawi. Dengan demikian bentuk ketupat melambangkan nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani. Bagi sebagian masyarakat Jawa, bentuk ketupat (persegi) diartikan dengan kiblat papat limo pancer. Papat dimaknai sebagai simbol empat penjuru mata angin utama: timur, barat, selatan, dan utara. Artinya, ke arah manapun manusia akan pergi ia tak boleh melupakan pacer (arah) kiblat atau arah kiblat (salat). Rumitnya anyaman janur untuk membuat ketupat merupakan simbol dari kompleksitas masyarakat Jawa saat itu. Anyaman yang melekat satu sama lain merupakan anjuran bagi seseorang untuk melekatkan tali silaturahmi tanpa melihat perbedaan kelas sosial (Dari berbagai sumber).

Sabtu, 21 Juli 2012

SYEIKH AHMAD KHATIB AL-MINANGKABAWI, IMAM BESAR MASJIDIL HARAM DAN GURU ULAMA-ULAMA TERKEMUKA INDONESIA

Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi adalah ulama pertama Indonesia yang pernah menjadi imam besar, khatib dan guru besar di Masjidil Haram, sekaligus Mufti Mazhab Syafi'i pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Dia memiliki peranan penting di Makkah al Mukarramah dan di sana ia menjadi guru para ulama Indonesia.
 
Syekh Ahmad Khatib adalah turunan dari seorang hakim golongan Padri yang  anti penjajahan Belanda. Ia dilahirkan di Bukittinggi pada tahun 1855 oleh ibu bernama Limbak Urai dan ayahnya adalah Abdullatief Khatib Nagari. Ahmad Khatib adalah anak terpandang, dari kalangan keluarga yang mempunyai latar belakang agama dan adat yang kuat, anak dan kemenakan dari dua orang penguasa dari Ampek Koto dan Ampek Angkek, Sumatra Barat.  


Ia meninggalkan kampung halamannya pergi ke Mekah pada tahun 1871 dibawa oleh ayahnya. Setelah menamatkan pendidikannya, pada tahun 1879 ia  menikah dengan seorang putri Mekah, Siti Khadijah, anak  Syekh Shaleh al-Kurdi.  Syekh Ahmad Khatib tidak pulang ke Indonesia, sambil terus belajar ia mengajar ilmu agama dikediamannya di Mekah. Alhasil atas ketekunannya,  Syekh Ahmad Khatib akhirnya mencapai derajat kedudukan yang tertinggi dalam mengajarkan agama sebagai imam dari Mazhab Syafei di Masjidil Haram, di Mekah.
 
Syeikh Ahmad Khatib adalah tiang penyangga  mazhab Syafi'i dalam dunia Islam pada  akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Ia juga dikenal sebagai ulama yang sangat peduli terhadap pencerdasan umat. Imam Masjidil Haram ini adalah ilmuwan yang menguasai ilmu fiqih, sejarah, aljabar, ilmu hitung, dan ilmu ukur. Selain itu, ia juga pakar dalam ilmu falak. Hingga saat ini, ilmu falaknya yang antara lain tertuang di dalam kitab karangannya, Raudhatul Hussab fi A'mali Ilmil Hisab digunakan untuk menentukan awal Ramadhan dan 1 Syawal, perjalanan matahari termasuk perkiraan waktu shalat, gerhana bulan dan matahari, serta kedudukan bintang-bintang tsabitah dan sayyarah, galaksi dan lainnya. Syeikh Ahmad Khatib juga pakar dalam geometri dan tringonometri yang berfungsi untuk memprediksi dan menentukan arah kiblat, serta berfungsi untuk mengetahui rotasi bumi dan membuat kompas yang berguna untuk pelayaran.
 
Sangatlah besar pengaruh Syeikh Ahmad Khatib terhadap dinamika keislaman pada awal abad ke-20  di Arab, Mesir, Turki dan dunia Islam lainnya, terlebih lagi di Indonesia. Murid-murid  Syeikh Ahmad Khatib bertebaran di Indonesia dan tanah Melayu pada umumnya, dan kemudian banyak menjadi ulama terkemuka. Diantara murid-murid Syeikh Ahmad Khatib itu yang paling terkemuka antara lain adalah 1) H.Abdullah Ahmad,  pendiri Sumatera Thawalib, Jembatan Besi, Padangpanjang, dan pendiri Persatuan Guru Agama Islam (PGAI); 2) Haji Abdul Karim Amrullah, pengembang organisasi Muhammadiyah di Minangkabau dan Sumatra pada umumnya; 3) Syekh Muhammad Jamil Jambek, ahli ilmu falak terkemuka di Indonesia pada zamannya; 4) Syeikh Sulaiman ar-Rasuli al-Minankabawi, mufti Kerajaan Perak; dan dua tokoh ulama besar ini adalah juga muridnya, yaitu 5) Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy'arie, pendiri NU; serta 6) Kyai Haji Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadyah (dari berbagai sumber).

Kamis, 19 Juli 2012

HARI BURUH

Hari Buruh dirayakan pada tanggal 1 Mei, dan dikenal dengan sebutan May Day. Hari buruh di beberapa negara adalah sebuah hari libur tahunan.May Day lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak industrial.

Tanggal 1 Mei dipilih sebagai hari perjuangan kelas pekerja karena terinspirasi oleh aksi buruh di Amerika Serikat yang menuntut pengurangan jam kerja menjadi delapan jam sehari. Pada tanggal 1 sampai dengan 4 Mei tahun 1886, sekitar 400.000 buruh di Amerika Serikat mengadakan demonstrasi besar-besaran untuk menuntut pengurangan jam kerja mereka menjadi 8 jam sehari. Pada tanggal 4 Mei 1886 para demonstran melakukan pawai besar-besaran, Polisi Amerika kemudian menembaki para demonstran tersebut sehingga ratusan orang tewas dan para pemimpinnya ditangkap kemudian dihukum mati, para buruh yang meninggal dikenal sebagai martir.




Pada bulan Juli 1889, Kongres Sosialis Dunia yang diselenggarakan di Paris menetapkan peristiwa di AS yang dimulai tanggal 1 Mei tersebut sebagai hari buruh sedunia dan mengeluarkan resolusi berisi: "Sebuah aksi internasional besar harus diorganisir pada satu hari tertentu dimana semua negara dan kota-kota pada waktu yang bersamaan, pada satu hari yang disepakati bersama, semua buruh menuntut agar pemerintah secara legal mengurangi jam kerja menjadi 8 jam per hari, dan melaksanakan semua hasil Kongres Buruh Internasional Perancis".

Resolusi ini mendapat sambutan yang hangat dari berbagai negara dan sejak tahun 1890, tanggal 1 Mei, yang diistilahkan dengan May Day, diperingati oleh kaum buruh di berbagai negara, meskipun di beberapa negara mendapat tekanan keras dari pemerintah mereka.

Di Indonesia hari buruh 1 Mei telah dirayakan sejak masa pemerintahan Soekarno. Ibarruri Aidit (putri sulung D.N. Aidit) sewaktu kecil bersama ibunya bahkan pernah menghadiri peringatan Hari Buruh Internasional di Uni Sovyet, Akan tetapi sejak masa pemerintahan Orde Baru hari Buruh tidak lagi diperingati di Indonesia, dan 1 Mei bukan lagi merupakan hari libur. Semasa Soeharto berkuasa, aksi untuk peringatan May Day masuk kategori aktivitas subversif, karena May Day dikonotasikan dengan ideologi komunis. Konotasi ini tidaklah pas, karena mayoritas negara-negara di dunia (yang sebagian besar menganut ideologi nonkomunis, bahkan juga yang menganut prinsip antikomunis), menetapkan tanggal 1 Mei sebagai Labour Day dan menjadikannya sebagai hari libur nasional.

Setelah era Orde Baru berakhir, walaupun bukan hari libur nasional, setiap tanggal 1 Mei kembali marak dirayakan oleh buruh di Indonesia dengan demonstrasi di berbagai kota di Indonesia sebagai Hari Buruh. Kekhawatiran bahwa gerakan massa buruh yang dimobilisasi setiap tanggal 1 Mei membuahkan kerusuhan, ternyata tidak terbukti. Sejak peringatan May Day tahun 1999 hingga 2011 tidak pernah ada tindakan destruktif yang dilakukan oleh gerakan massa buruh yang masuk dalam kategori "membahayakan ketertiban umum".

Rabu, 18 Juli 2012

PETA WILAYAH KEKUASAAN IMPERIUM MAJAPAHIT


Zaman keemasan Majapahit melekat erat dengan masa pemerintahan Hayam Wuruk, raja ke empat Majapahit (1351- 1389). Bersama Gajah Mada, Hayam Wuruk membangun Majapahit ke puncak kejayaan berdasarkan falsafah kenegaraan Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa. Saat itu Majapahit mengalami era kemaharajaan thalasokrasi dengan konsep teritorial yang lebih luas daripada wilayah Indonesia saat ini, yang jika dilihat dari pusat ke kuasaan sampai daerah terluar terdiri dari Bhumi, yakni ibukota pemerintahan, Negara Agung yang secara langsung diperintah oleh Maharaja Majapahit, Mancanegara dimana Majapahit menempatkan birokrat dan tentaranya yang mengatur hubungan perdagangan, menarik pajak dan menjaga pertahanan keamanan wilayah ini, dan Nusantara yaitu koloni Majapahit yang hanya diwajibkan membayar upeti tahunan.

Jika dilihat secara horizontal, sesuai uraian Kitab Negarakertagama, maka wilayah imperium Majapahit terbagi dalam daerah yang delapan, yaitu:
1. Seluruh Jawa, meliputi: Jawa, Madura dan Galiyao (Kangean)
2. Seluruh Pulau Sumatra (Melayu), meliputi: Lampung, Palembang, Jambi, Karitang (Inderagiri), Muara    Tebo, Dharmasraya (Sijunjung), Kandis, Kahwas, Minangkabau, Siak, Rokan, Kampar, Pane, Kampe, Haru, Mandailing, Tamiang, Perlak, Barat (Aceh), Lawas (Padang Lawas, Gayu Luas), Samudra (Aceh), Lamuri (Aceh tiga segi), Bantam dan Barus.
3. Seluruh Pulau Kalimantan (Tanjungnegara), meliputi: Kapuas, Katingan, Sampit, Kuta Lingga (Serawak), Sedu (Sedang di Serawak), Kota Waringin, Sambas, Lawar (Muara Labai), Kedangdanan (Kendangwangan), Landak, Samedang (Simpang), Tirem (Peniraman), Sedu (Serawak), Brunai, Kalka Saludung, Solot (Solok, Sulu), Pasir, Baritu, Sebuku, Tabalong (Amuntai), Tanjung Kutai, Malanau dan Tanjungpuri.
4. Seluruh Semenanjung Melayu (Malaka), meliputi: Pahang, Hujungmedini (Johar), Lengkasuka (Kedah), Saimwang (Semang), Kelantan, Trengganu, Nagor (Ligor), Pakamuar (Pekan Muar), Dungun (di Trengganu), Tumasik (Singapura), Sanghyang Hujung, Kelang (Kedah, Negeri Sembilan), Kedah. Jere (Jering, Petani), Kanjab (Singkep) dan Niran (Karimun).
5. Di sebelah timur Jawa, seluruh Nusa Tenggara, meliputi: Bali, Bedulu, Lwagajah (Lilowan, Negara), Gurun (Nusa Penida), Taliwang (Sumbawa), Dompo (Sumbawa), Sapi (Sumbawa), Sanghyang Api (Gunung Api, Sangeang), Bima, Seram, Hutan (Sumbawa), Kedali (Buru), Gurun (Gorong), Lombok Mira (Lombok Barat), Saksak (Lombok Timur), Sumba dan Timor.
6. Seluruh Sulawesi, meliputi: Bantayan (Bontain), Luwuk (Luwu), Udamakatraya (Talaud), Makasar, Butun (Buton), Banggawi (Banggai), Kunir (Pulau Kunyit), Salaya (Saleier) dan Solot (Solor).
7. Seluruh Maluku, meliputi: Muar (Kei), Wandan (Banda), Ambon dan Maluku (Ternate).
8. Seluruh Irian (Barat), meliputi: Onin (Irian Utara) dan Seram (Irian Selatan).
Sedangkan batas-batas wilayah imperium Majapahit dengan negara-negara tetangga sebagaimana dimuat dalam kitab Negarakertagama pupuh 15 adalah Syangkayodhyapura (Thailand), Dharmmanagari (Laos), Marutma, Rajapura dan Sinhanagari (Myanmar), Champa (Kamboja), dan Yawana (Vietnam).

PRIA PALING TAMPAN SEPANJANG MASA (Ternyata Mengandung Cela juga)


Bintang Pria Terbesar Sepanjang Masa, demikian Institut Film Amerika menyebutnya. Sementara lembaga survei Boyylegreen Drinks Inggris mengukuhkannya sebagai pria paling tampan sepanjang masa. Situs  Nowmagazine memilihnya sebagai ikon pria paling bergaya di dunia. Majalah Premiere menobatkannya sebagai yang pertama dari 50 Bintang Film Terbesar Sepanjang Masa. Richard Schickel , kritikus film, mengatakan bahwa  Grant    adalah   bintang terbaik yang pernah ada di dunia entertain. 


Lahir dengan nama Archibald Alexander Leach di Bristol, Inggris pada 18 Januari 1904, tapi lebih populer  dengan nama panggungnya, Cary Grant,  meninggal di Davenport, Iowa, AS 29 November 1986,  adalah sosok pria idola setiap wanita. Tampan dan menyenangkan. Kualitas seperti ini, konon hanya dimiliki Cary Grant. Bahkan sosok fiktif James Bond pun dikreasi Ian Felming sambil membayangkan Grant. "Setiap wanita ingin bersama dia, dan setiap pria ingin seperti dirinya", begitu kata Ian sedikit narsisistik. Wajahnya, rambutnya, celah di dagunya, matanya, bibirnya, suaranya, senyumnya, cara dia bergerak, berjalan, dan tuksedonya, semuanya mempesona,  kharismatik dan sophisticated.

Sebagai anak tunggal, Grant mengalami masa kecil yang tidak bahagia. Ibunya menderita depresi klinis sejak kematian kakaknya saat Grant berumur 3 tahun dan dititipkan di rumah sakit jiwa. Ketika Grant berumur  10 tahun, ayahnya meninggalkannya dan  menikah lagi dengan wanita yang masih muda. Pada usia 14 tahun Grant bergabung dengan group panggung Bob Pender Stage Troupe, berperan sebagai pemain pembantu.  Pada tahun 1920 group panggungnya ini melawat ke AS, keliling ke kota-kota di Amerika selama 2 tahun. Ketika rombongan itu kembali ke Inggris, Grant memutuskan untuk tinggal di AS dan melanjutkan karir panggungnya bersama kelompok  panggung AS, Vaudeville. Sebagai bagian dari kelompok hiburan panggung ini ia pandai bermain akrobat,  sulap, dan pantomim, suatu bekal yang kelak sangat bermanfaat ketika ia melangkah ke Hollywood.  

Ya, pada tahun 1931 Grant  pergi ke Hollywood. Dia menandatangani kontrak dengan Paramount Pictures untuk bermain di beberapa film. Film pertama yang dibintanginya berjudul Blonde Venus (1932), ia bermain bersama Marlene Dietrich, dan dianggap tidak sukses. Barulah 4 tahun kemudian  pintu sukses terkuak untuknya berkat kesuksesan film yang dibintanginya,  Sylvia Scarlett (1936). Sejak itu Grant membuktikan diri sebagai aktor paling jeli memilih peran sepanjang sejarah Hollywood. Komedi (Bringing Up Baby, 1938), drama (An Affair to Remember, 1937) juga  misteri (North by Northwest, 1959) disambut penonton dan kritikus dengan hangat. Sebuah perjalanan karier yang brilian.

Pria flamboyan yang ketampanannya mengalahkan pria-pria pesohor lainnya ini menikah 5 kali. Masing-masing dengan Virginia Cherrill (1934-1935), Barbara Hutton (1942-1945),  Betsy Drake (1949-1962), Dyan Cannon (1965-1968), dan Barbara Harris (1981-1986), serta hidup bersama dengan Maureen Donaldson (1973-1977). Dan inilah celanya, Richard Blackwell menulis bahwa Grant adalah seorang homoseksual, aktor Randolph Scott  yang tinggal serumah dengannya selama 12 tahun adalah pasangan homoseksualnya. Gunjingan ini dibantah oleh sebagian janda Grant dan Jennifer puri Grant. Akan tetapi janda Grand yang lain, Betsy Drake dan kekasih Grant Lisa Medford menyakini bahwa Grand adalah seorang biseksual, fisik maupun platonis.

Selasa, 17 Juli 2012

PAHLAWAN SEJATI TANPA KONTROVERSI, SAYANG DALAM HISTORIOGRAFI TERDISTORSI

Dia adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX pahlawan republik sejati, nyaris tanpa kontroversi tetapi sayangnya dalam historiografi Indonesia modern perannya seperti terdistorsi. 


1. Segera setelah Proklamasi RI Sultan Hamengkubuwono IX mengirimkan amanat kepada Presiden RI yang menyatakan keinginan kerajaan Yogyakarta untuk mendukung pemerintahan RI dan memasukkan daerah kekuasaannya ke dalam wilayah RI. Amanat 5 September 1945 itu antara lain berbunyi bahwa Negari Yogyakarta Hadiningrat langsung di bawah Pemerintah Pusat Negara Republik Indonesia dan penguasa negari Yogyakarta langsung bertanggungjawab kepada Presiden Republik Indonesia. Hal ini jarang tertulis di buku2 sejarah, sehingga se-olah2 tanpa amanat Sultan HB IX Yogyakarta otomatis menjadi wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia, padahal jika Sultan mengambil sikap lain maka jalan cerita sejarah republik ini akan lain juga.

2. Untuk menyelamatkan keberlangsungan pemerintahan RI yang didesak Belanda, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengundang pemerintah RI untuk memindahkan ibukota ke Yogyakarta. Permintaan Sultan ini bersambut hingga pada Januari 1946 ibukota pemerintah RI pindah ke Yogyakarta yang sekaligus menjadi pusat perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI. Undangan Sultan Hamengkubuwono IX ini nyaris tidak tertulis dalam buku2 sejarah, se-olah2 perpindahan pusat pemerintahan republik ke Yogyakarta saat itu tanpa ada undangan dari Sultan Hamengkubuwono IX.

3. Berdasarkan dokumen-dokumen asli yang dimiliki Arsip Nasional RI jelas bahwa penggagas Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949 adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Sebuah dokumen hasil wawancara mendiang Raja Yogyakarta itu dengan Radio BBC London tahun 1980-an secara jelas mengatakan hal itu. Dari wawancara itu juga terungkap, peran mantan Presiden Soeharto yang ketika itu masih berpangkat Letnan Kolonel hanya sebatas sebagai pelaksana saja. Di buku2 sejarah tertulis bahwa penggagas Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949 adalah Soeharto.

4. Sultan Hamengkubuwono IX lah selaku Menteri Pertahanan dan Keamanan RIS yang menyusun strategi dan memimpin operasi2 militer menumpas gerakan2 yang tetap ingin mempertahankan RIS di Sulawesi Selatan, Sumatra Timur dan Kalimantan Barat. Untuk hal ini dia mengalami percobaan pembunuhan oleh pendukung federalisme dibawah pimpinan Sultan Hamid II dan Westerling. Benteng ideologis negara kesatuan adalah Soekarno, dan benteng di lapangannya adalah Sultan Hamengkubuwono IX. Hal ini pun amat jarang dijumpai di buku2 sejarah Indonesia, terdistorsi menjadi unitarisme vs federalisme semata.
Betapa besar peranan Sultan Hamengkubuwono IX dalam menegakkan berdirinya republik ini sampai2 Moh. Roem menyatakan “apa yang terjadi dengan Republik jika tidak ada Hamengkubuwono IX?”. Sedangkan media2 Barat menuliskan bahwa Hamengkubuwono IX adalah orang kedua setelah Soekarno dan yang waktu itu diperkirakan akan menggantikan Soekarno. Ternyata yang kemudian menggantikan Soekarno tokoh lain. barangkali karena hal itulah yang kemudian menyebabkan perannya dalam cerita di buku2 sejarah Indonesia tidak begitu jelas dan tegas ditulis sebagaimana mestinya,

MASJID DI BATURETNO INI LEBIH TUA DARI MASJID AGUNG DEMAK



Konon dalam rangka mencari kayu jati pilihan untuk membangun Masjid Agung Demak, para wali sembari menyebarkan agama Islam menjelajahi berbagai daerah di pulau Jawa. Adalah Sunan Kalijaga dan rombongannya menyusuri sungai Bengawan Solo dan terus ke arah timur menerabas hutan2 menuju rimba jati terbaik milik Ki Ageng Donoloyo yang sanggup menyediakan jati2 terbaik untuk keperluan pembangunan Mesjid Agung Demak. Sebelum sampai ke hutan Donoloyo, berhentilah rombongan Sunan Kalijaga di sebuah kawasan hutan bernama Sembuyan. Di sini beliau beristirahat untuk beberapa waktu lamanya dan mendirikan sebuah masjid, yang sekaligus merupakan prototipe Masjid Agung Demak yang akan dibangun.
 

Masjid ini berukuran 7,5 x 7,5 meter dan berbentuk limasan, merupakan bangunan panggung dianjang , beratap rumbia kering (tahun 2002 diganti genting). Tiang, dinding dan lantainya seluruhnya berbahan baku kayu jati tua dan sambungan kayunya pun menggunakan pasak kayu jati. Keempat ompaknya yang merupakan soko guru terbuat dari bonggol kayu jati dan antara satu dengan lainnya berbeda, baik bentuk, karakter kayu maupun ukurannya. Puncak kubah berbentuk mahkota raja terbuat dari tanah dan sampai saat ini masih relatif utuh. Di dalam masjid terdapat sebuah mimbar kayu jati dengan ukiran unik. Di tiap sambungan kerangka masjid terdapat simbolisasi kebesaran Islam bintang Oktagon segi delapan. 

Menilik umurnya, masjid ini diperkirakan dibangun pada tahun 1401 Saka atau 1479 M. Hal ini didasarkan atas gambar hewan penyu di salah satu bagian masjid itu. Menurut candra sengkala zaman peralihan Hindu-Islam, hewan penyu itu, bisa dipilah sebagai (kepala penyu=1, kaki penyu=4, badan penyu=0, ekor penyu=1), sehingga diartikan pendiriannya terjadi pada 1401 Saka atau 1479 M, sedikit lebih tua dari Masjid Agung Demak yang selesai pembangunannya pada tahun 1505 M.

Panjangnya usia masjid ini dan letaknya yang di tengah2 hutan, membuat masjid ini sempat beberapa tahun tidak diketahui keberadaannya, tertimbun semak2. Sunan Kalijaga dan rombongannya setelah membangun masjid ini meninggalkannya begitu saja melanjutkan perjalanan menuju hutan Donoloyo mencari kayu jati Ki Ageng Donoloyo. Barulah pada sekitar tahun 1745 Pengeran Samber Nyowo dalam pelarian dan persembunyiannya atas pengejaran Patih Pringgoloyo dan Mayjen Hendrik secara tidak sengaja menemukan masjid itu. Berita penemuan masjid kuno oleh Pangeran Samber Nyawa tersebut segera tersebar luas, banyak orang berdatangan untuk menyaksikan temuan masjid kuno itu, dan mereka kemudian menamakan masjid yang baru ditemukan itu Masjid Tiban. Pangeran Samber nyawa kemudian memerintahkan pengikutnya Tuhuwono untuk membuka hutan di bukit itu dan menjadinya perkampungan dan persawahan, sekaligus merawat dan melestarikan masjid kuno tersebut. Oleh Pangeran Samber Nyawa masjid dan perkampungan itu diberi nama Wonokerso (hutan atas kehendak Sang Pangeran). 

Masjid kuno itu kini terletak di Dusun Tekil Kulon, RT01/RW05, Desa Sumber Rejo, Kecamatan Baturetno, Wonogiri, Jawa Tengah. Meski jalan menuju dusun yang terasing dari hingar-bingar keramaian kota tersebut naik turun dan berkolok-kelok, akan tetapi di dalamnya ada sebuah bangunan masjid kuno perpaduan Hindu-Islam bernilai sejarah dan religi tinggi.Sayang untuk tidak dikunjungi.