Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi adalah ulama pertama Indonesia yang pernah menjadi imam besar, khatib dan guru besar di Masjidil Haram, sekaligus Mufti Mazhab Syafi'i pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Dia memiliki peranan penting di Makkah al Mukarramah dan di sana ia menjadi guru para ulama Indonesia.
Syekh Ahmad Khatib adalah turunan dari seorang hakim golongan Padri yang anti penjajahan Belanda. Ia dilahirkan di Bukittinggi pada tahun 1855 oleh ibu bernama Limbak Urai dan ayahnya adalah Abdullatief Khatib Nagari. Ahmad Khatib adalah anak terpandang, dari kalangan keluarga yang mempunyai latar belakang agama dan adat yang kuat, anak dan kemenakan dari dua orang penguasa dari Ampek Koto dan Ampek Angkek, Sumatra Barat.
Ia meninggalkan kampung halamannya pergi ke Mekah pada tahun 1871 dibawa oleh ayahnya. Setelah menamatkan pendidikannya, pada tahun 1879 ia menikah dengan seorang putri Mekah, Siti Khadijah, anak Syekh Shaleh al-Kurdi. Syekh Ahmad Khatib tidak pulang ke Indonesia, sambil terus belajar ia mengajar ilmu agama dikediamannya di Mekah. Alhasil atas ketekunannya, Syekh Ahmad Khatib akhirnya mencapai derajat kedudukan yang tertinggi dalam mengajarkan agama sebagai imam dari Mazhab Syafei di Masjidil Haram, di Mekah.
Syeikh Ahmad Khatib adalah tiang penyangga mazhab Syafi'i dalam dunia Islam pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Ia juga dikenal sebagai ulama yang sangat peduli terhadap pencerdasan umat. Imam Masjidil Haram ini adalah ilmuwan yang menguasai ilmu fiqih, sejarah, aljabar, ilmu hitung, dan ilmu ukur. Selain itu, ia juga pakar dalam ilmu falak. Hingga saat ini, ilmu falaknya yang antara lain tertuang di dalam kitab karangannya, Raudhatul Hussab fi A'mali Ilmil Hisab digunakan untuk menentukan awal Ramadhan dan 1 Syawal, perjalanan matahari termasuk perkiraan waktu shalat, gerhana bulan dan matahari, serta kedudukan bintang-bintang tsabitah dan sayyarah, galaksi dan lainnya. Syeikh Ahmad Khatib juga pakar dalam geometri dan tringonometri yang berfungsi untuk memprediksi dan menentukan arah kiblat, serta berfungsi untuk mengetahui rotasi bumi dan membuat kompas yang berguna untuk pelayaran.
Sangatlah besar pengaruh Syeikh Ahmad Khatib terhadap dinamika keislaman pada awal abad ke-20 di Arab, Mesir, Turki dan dunia Islam lainnya, terlebih lagi di Indonesia. Murid-murid Syeikh Ahmad Khatib bertebaran di Indonesia dan tanah Melayu pada umumnya, dan kemudian banyak menjadi ulama terkemuka. Diantara murid-murid Syeikh Ahmad Khatib itu yang paling terkemuka antara lain adalah 1) H.Abdullah Ahmad, pendiri Sumatera Thawalib, Jembatan Besi, Padangpanjang, dan pendiri Persatuan Guru Agama Islam (PGAI); 2) Haji Abdul Karim Amrullah, pengembang organisasi Muhammadiyah di Minangkabau dan Sumatra pada umumnya; 3) Syekh Muhammad Jamil Jambek, ahli ilmu falak terkemuka di Indonesia pada zamannya; 4) Syeikh Sulaiman ar-Rasuli al-Minankabawi, mufti Kerajaan Perak; dan dua tokoh ulama besar ini adalah juga muridnya, yaitu 5) Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy'arie, pendiri NU; serta 6) Kyai Haji Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadyah (dari berbagai sumber).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar